0

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Masa anak ibarat sehelai kain putih yang siap ditulis apa saja oleh kedua orang tua, lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, media dan sebagainya, Setiap anak memiliki potensi yang berbeda beda, Potensi yang besar pada setiap anak harus dilatih dan dikembangkan supaya kemampuan anak juga meningkat. Anak yang dididik dengan cara yang tepat, tentu hasilnya juga bagus.  Kesuksesan anak ditentukan oleh potensi anak yang tergantung pada keluarga, sekolah dan juga lingkungannya sehingga sangat penting dalam menjalin hubungan yang harmonis untuk menciptakan keselarasan dalam mewadahi potensi anak agar dapat berkembang. Kuncinya adalah harus mengetahui bagaimana cara dalam mendidik anak sesuai dengan pribadinya, berikut adalah cara mengenali anak sesuai dengan kepribadiannya untuk mengembangkan potensi di dalam diri.
Dalam mengembangkan potensi anak maka akan ditemui dalam kehiduapan adalah lingkungan keluarga karena keluarga menjadi garda tedepan dalam mengembangakan potensi anak,  dalam lingkungan keluarga menjadi landasan awal dalam mengembangkan potensi, di dalam Keluarga yang biasa terdiri dari  ayah dan ibu tentunya harus memahami ragam potensi anak tersebut, sesuai apa yang dikemukan oleh Dr. H. Arief Rachman M.Pd
“Orang tua hendaknya mengenali ragam potensi kecerdasan anak yaitu potensi spritual , potensi perasaan, potensi sosial, potensi jasmani[1]

Dari berbagai pontesi yang ada keluarga berperan penting dalam mengembangkannya karena keluarga menjadi tahap pertama pada anak,  misalnya pada potensi sosial anak makan orang tua berperan penting dalam mengembangkan potensi anak, maka penulis tertarik pada potensi sosial karena dalam potensi permasalahan yang komplek bagi perkembangan anak pada lingkungan keluarga oleh sebab itu penulis tertarik membuat makalah yang berjudul “Peranan keluarga dalam mengembangkan potensi anak”
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan Masalah yang di kemukan adalah
1.    Apa Pengertian Keluarga, dan Potensi ?
2.    Bagaimana Peranan keluaga dalam mengembangkan potensi  Sosial anak ?

C.  Tujuan
1.    Untuk  Pengertian Keluaga  dan Anak
2.    Untuk mengetahui Peranan keluaga dalam mengembangkan potensi  Sosial anak
 BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Keluarga dan Potensi
1.    Pengertian Keluarga
Kata keluarga menurut sosiologi yaitu kesatuan kemasyarakatan (sosial) berdasarkan hubungan perkawinan atau pertalian darah, berdasarkan pengeritan ini dapat di bedakan menjadi:
a.    Inti atau batih ( primary group) terdiri atas bapak, ibu, dan anak,
b.    Pasangangan yang menikah maupun tidak tanpa anak,
c.    Kelompok yang terdiri dari seorang bapak ibu yang menikah atau tidak yang cerai maupun yang di tinggal mati bersama anak-anaknya 
d.   Kelompok anak yang di tinggakan anak-anaknya
e.    Kelompok anak yang ditinggalkan orang tua 
f.     Seseorang yang hidup perpoligami dengan atau tanpa anak
g.     beberapa sanak  saudara dengan anak-anak nya
Pertalian keluarga atau keturunan dapat diatur secara: parental atau bilateral, artinya menurut orang tua ( bapak, ibu): matrlineal arti menurut garis bapak, susunan kekekluargaan ini bertalian dengan hakikat kedudukan perkawinan dalam tata masyarakat.[2]
Sedangkan menurut para ahli menguraikan pengertian sesuai dengan perkembagan sisial yang erjadi di masyarakat. beberapa ahli tersebut di antaranya sebagai berikut:
a.    Maryilyn M. Friedmen yang menyatakan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang  atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional di mana individu mempunya peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
b.    Duval Dan Loga mengurakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang berjuan untuk menciptkan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembnagan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap keluarga,
c.    Savicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya menjelaskan bahwa keluarga adala atau lebih individu yang hidup dalam stau ruma karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adaupsi , mereka saling berinteraksi satu dengan lain, mempuyai peran masing-masing, dan menciotakan sera mempertahankan suatu budaya[3]
Stuart memberikan batasan mengenai siapa yang disebut kelurga, lima sifat keluarga yang dijabarkan antara lain sebagai berikut;
a.    Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem,
b.    Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya,
c.    Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antara anggota keluarga
d.   Setiap anggota dapat atau tidak saling berhubungan dapat atau tidak dapat dalan satu atap.
e.     Bisa memilki  anak ataupun tidak[4]
Keluarga ditinjau dari sudut sosiologi, merngandung pengertian sebagai berikut: 
a.    Keluarga adalah lembaga sosial terkecil,
b.    Keluarga merupakan bagaian yang terkecil dari masyarakat,
c.     keluarga adalah sekelompok manusia yang hidup bersama, karena adanya ikatan perkawinan darah, dan adopsi
d.    keluarga merupakan lingkungan pergaulan  sosial di antara anggota keluarga, pergaulan sosial ini yang menimbulkan status, fungsi dan peranan sosial pada sitap anggota keluarga itu, kelurarga dalam ilmu pendidikan di pandang sebagai lingkungan pertama
e.    Home economics menerima defenisi tentang keluarga di atas dengan segela kegiatan, tetapi untuk itu mengembangkan pengertian keluarga bahwa kelurga itu lebih pengting dari bangunannya rumah dengan segala perabotnya serta anggotanya, yang lebih penting itu adalah harus adanya susana yang mengikat di antara anggota keluarga itu, yaitu ikatan batin yang halus lagi kuat yaitu ikatan kasih sayang , dengan kata lain di dalam ikatan itu harus adanya afekton atau afeksi[5]
Adapula pengertian keluarga menurut Fitzpatrick dalam Sri Lestari , memberikan ­dengan cara meninjaunya berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu pengertian keluarga secara struktural, pengertian keluarga secara fungsional, dan pengertian keluarga secara intersaksional. Berikut ini masing-masing penjelasannya:
a.     Pengertian Keluarga secara Struktural: Keluarga didefenisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebaga asal-usul (families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended family).
b.     Pengertian Keluarga secara Fungsional: Keluarga didefenisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.
c.     Pengertian Keluarga secara Transaksional: Keluarga didefenisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya[6].
Dari paparan mengenai pengertian Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat, yang mempunyai kerikatan baik secara darah maupun adopsi, beinteraksi sesuai dengan peranan masing-masing,  keluarga juga merupakan lingkungan pertama bagi pendidikan, karena keluarga mempunyai peranan vital bagi pendidikan.
2.    Pengertian Potensi
Kata potensi ditinjau dari etimologi yaitu berasal dari bahasa Inggris yaitu  potency, potential dan  potentiality, yang mana dari ketiga kata tersebut memiliki arti tersendiri. Kata potency memiliki arti kekuatan, terutama kekuatan yang tersembunyi. Kemudian kata  potential memiliki arti yang ditandai oleh potensi, mempunyai kemampuan terpendam untuk menampilkan atau bertindak dalam beberapa hal, terutama hal yang mencakup bakat atau intelegensia. Sedangkan kata  potentiality mempunyai arti sifat yang mempunyai bakat terpendam, atau kekuatan bertindak dalam sikap yang pasti di masa mendatang[7].
            Kata pontesi ditinjau dari Terminologi Selain dari sudut pandang bahasa, kata potensi juga didefinisikan oleh para ahli psikologi ataupun para ahli disiplin ilmu lainnya sesuai dengan kapabilitas keilmuan masing-masing. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a.    Jalaluddin
“Potensi dalam konsep pendidikan Islam disebut fitrah yang berarti kekuatan asli yang terpendam di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir, yang akan menjadi pendorong serta penentu bagi kepribadiannya serta yang dijadikan alat untuk pengabdian dan ma’rifatullah[8]”.
b.    Slamet Wiyono
“Potensi adalah kemampuan dasar manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT. sejak dalam kandungan ibunya sampai pada saat tertentu (akhir hayatnya) yang masih terpendam di dalam dirinya menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia di dunia ini dan di akhirat nanti[9]”.
c.    Chalijah Hasan
“Potensi sama dengan fitrah. Karena kata fitrah dalam bahasa psikologi disebut dengan potensialitas atau disposisi atau juga kemampuan dasar yang secara otomatis adalah mempunyai kecenderungan untuk dapat berkembang[10]”.
Bertolak dari pengertian atau definisi yang ada itu, maka dapat dikatakan bahwa potensi adalah sesuatu atau kemampuan dasar manusia yang telah ada dalam dirinya yang siap untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan dimanfaatkan secara nyata dalam kehidupan manusia.
B.  Peranan Keluarga Dalam Mengembangkan Potensi Sosial Anak
Keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi anak, karena keluarga adalah lingkungan pertama buat, dalam aspek pendidikan pun keluarga mempunyai kontribusi dalam mengembangkan potensi anak. Dari pontensi anak yang ada maka penulis hanya membahas tentang pontensi sosial anak.
Adapun  berbagai peranan keluarga primer sebagai berikut:
1.    Peranan ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya sera sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.    Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempuyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga dapat berperan sebagai pencara nafkah tambah dalam kelurganya,
3.    peranan anak: anak-anak melaksanakan peran psiko-sosial sisau dengan tungkat perkembagan baik fisik , mentl, sosial dan spritual[11].
Adapun fungsi keluarga sebagai berikut:
1.    Fungsi Biologis
a.    Untuk meneruskan keturunan
b.    Memelihara dan membesarkan anak
c.    Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d.   Memelihara dan merawat anggota keluarga 
2.    Fungsi Psikologis
a.    Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b.    Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c.    Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d.   Memberikan identitas keluarga 
3.     Fungsi Sosialisasi
a.    Membina sosialisasi pada anak
b.    Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkah perkembangan anak
c.     Meneruskan nilai-nilai keluarga 
4.    Fungsi Ekonomi
a.    Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b.    Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
c.    kebutuhan keluarga
d.   Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa  yang akan
e.    datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
5.    Fungsi Pendidikan
a.    Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
b.    Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa. 
c.     Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya[12]

Dalam mengembangkan potensi sosial maka keluarga menjalankan fungsi sosialnya, yang mana fungsi ini memiliki peranan penting dalam membina dan mengembangkan sosial anak, karena fungsi sosial pada keluarga menyiap anak untuk menjadi masyarakat yang baik, hal ini di dukung oleh QS At-tahrim, 66:6
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Ayat diatas tentunya memperintahkan orang tua  kewajiban mereka untuk mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah yang taat. Karena keluarga merupakan pendidikan pertama bagi seorang anak.

Adapun cara-cara untuk mengembangkan potensi sosial anak sebagai berikut:
1.    Anak Perlu Merasa Dirinya Berharga Dan Diterima
a.       Semua anak perlu mendapatkan penghargaan dari orang tuanya.
b.      Bagaimana anak berfikir tentang perasaan orangtuanya kepada dirinya memberikan dampak bagaimana anak di masa depannya.

2.    Anak Perlu Rasa Aman
a.    Anak memiliki kebutuhan untuk di cintai karena anak merasa lemah. Orangtua memiliki kemampuan memberikan kebaikan kepada anak atau kebalikannya.
b.    Orangtua sebaiknya membangun hubungan emosional yang kuat dengan anak sehingga orangtua memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkan anak ke jalan yang baik dan menguntungkan bagi anak.
3.    Anak Perlu Kehadiran Orangtuanya
a.    Orangtua yang bekerja tidak perlu merasa bersalah atau cenderung memanjakan anak dengan uang dan hadiah. Yang diperlukan anak adalah perhatian sesaat asal fokus tidak terbelah dengan kegiatan lain. Kebutuhan akan perhatian yang sifatnya non material tidak dapat di gantikan dengan yang sifatnya material.
4.    Anak Perlu Tokoh atau Figur Yang Dekat Dengan Anak
a.    Anak lebih senang diasuh dengan orangtuanya.
b.    Memang ada baby sitter, ada kakek dan nenek. Yang diperlukan anak bukan Cuma sekedar dipenuhi kebutuhan fisiknya, tapi seseorang yang konsisten yang peduli kepadanya.
c.    Setiap anak perlu dipahami. Untuk menumbuhkan rasa aman dan nyaman, anak memerlukan figure yang memperhatikannya.
5.    Anak Perlu Merasa Menjadi Bagian Dari Orangtuanya
a.    Ketika anak merasa menjadi bagian dari orangtuanya anak akan merasa dirinya penting dan berharga.
b.    Rasa nyaman anak datang dari 2 hal yaitu cinta dan kebenaran. Cinta memberikan makna bagi kehidupan seorang anak kecil.
c.    Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang lebih banyak di asuh oleh pengasuh atau dititipkan di penitipan, anak lebih banyak masalah di banding langsung di asuh oleh orangtuanya sendiri[13].
Keluarga merupakan bagian yang paling penting dari “jaringan sosial” kehidupan seorang anak manusia. Sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang yang paling penting. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikapnya bagi pola penyesuaian dan belajar berfikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarganya.
Oleh karena itu, agar proses pendidikan, belajar mengajar, dan pengasuhan pada anak-anak dapat berjalan dengan baik, maka keluarga harus dibangun secara kondusif.


BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari sistem sosial dan potensi mempunyai makna  bahwa sesuatu yang sudah namun terpendam makan oleh sebab itulah keluarga sebagai unit terkecil berperan penting dalam mengembangkan potensi. sosial anaksangat penting peranannya ketika kita hendak membangun sebuah relasi yang produktif dan harmonis. Relasi kita dengan sahabat, kerabat, tetangga, rekan kerja, atau juga dengan atasan termasuk juga keluarga kita sendiri bisa berjalan dengan lebih indah jika kita memiliki sejumlah elemen penting dalam  kecerdasan sosial. Dalam lingkup keluarga, orangtua harus menanamkan kecerdasan sosial dalam diri anak-anaknya, agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan empati, penyelarasan terhadap orang lain dan juga mempunyai pengertian sosial yang tinggi.
B.  Saran
Orang tua merupakan figur bagi anaknya tentu harus kpribadian yang baik serta menanamkan sosial agar berkembang secara optimal. Agar potensi sosial anak dapat di terima di masyarakat.













DAFTAR PUSTAKA
Anshari, M. Hafi Kamus Psichologi, Surabaya: Usaha Nasional, 1996
Effendy, Nasrul Dasar-dasar keperawaran Kesehatan masyarakat Edisi 2. Jakarta:EGC, 1998
Hasan, Chalijah Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al Ikhlas, 1994
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
Kurnasih,Imam Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, Jogjakarta: Pustaka Mawar, 2010
Lestari, Sri,. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Makhfudli ,Ferry efendi , Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan ,  Jakarta: salemba medika 2009
Subhan,Zaitun Membina Keluarga sakinah  Jogjakarta: Pustaka Pesantren 2004
Tim Pengembanga Ilmu Pendidikan FIP-UP, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang, Bandung: IMTIMA, 2007
Wiyono Slamet, Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo, 2004



Sumber website:





[1] Imam Kurnasih, Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, (  Jogjakarta: Pustaka Mawar, 2010), h. 186.
[2] Zaitun subhan, Membina Keluarga sakinah  ( Jogjakarta: Pustaka Pesantren 2004), h. 2.
[3] Ferry efendi dan makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan , ( jakarta: salemba medika 2009), h. 179.
[4] Ibid, h. 180.
[5] Tim Pengembanga Ilmu Pendidikan FIP-UP, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang, (Bandung: IMTIMA, 2007), h. 219.
[6]  Sri Lestari,. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 5.
[7] M. Hafi Anshari, Kamus Psichologi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), h. 482
[8] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 137.
[9] Slamet Wiyono, Manajemen Potensi Diri, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 37
[10] Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: al Ikhlas, 1994), hlm. 35.
[11] Nasrul Effendy, Dasar-dasar keperawaran Kesehatan masyarakat Edisi 2. ( Jakarta:EGC, 1998), h. 34.
[12] Ibid, 35
[13]Anonim,http://www.kancilku.com/Ind/index.php?option=com_content&task=view&id=106 , di akses pada 12 Maret 2014, Pukul 21.00 Wib

Posting Komentar

 
Top