DI SAJIKAN OLEH:
Rusdi, S.Pd.I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan
berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Potensi istimewa
ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu sebagai khalifatullah
di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya.
Manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu
proses pendidikan, sehingga apa yang akan diembannya dapat terwujud. H. M.
Arifin, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan
Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara
lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari
keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah
melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain
saling menunjang.
Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan
psikologi. Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk mengaktualkan
seluruh potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual.
Dalam proses mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan tentang
keberadaan potensi, situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk
mengaktualisasikannya. Pengetahuan tentang diri manusia dengan segenap
permasalahannya akan dibicarakan dalam psikologi umum. Dalam hal pendidikan
Islam yang dibutuhkan psikologi Islami, karena manusia memiliki potensi luhur,
yaitu fitrah dan ruh yang tidak terjamah dalam psikologi umum
(Barat).
Berdasarkan uraian diatas, maka sudah selayaknya dalam
pendidikan Islam memiliki landasan psikologis yang berwawasan kepada Islam,
dalam hal ini dengan berpandu kepada al-Quran dan hadits sebagai
sumbernya, sehingga akhir dari tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dan
menciptakan insan kamil bahagia di dunia dan akhirat. Sebenarnya, banyak
sekali istilah untuk menyebutkan psikologi yang berwawasan kepada Islam.
Diantara para psikolog ada yang menyebut dengan istilah psikologi Islam,
psikologi al-Qur’an, psikologi Qur’ani, psikologi sufi dan nafsiologi. Namun
pada dasarnya semua istilah tersebut memiliki makna yang sama.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah:
1) Pengertian
landasan psikologis dalam Islam
2) Dasar-dasar
psikologis pendidikan Islam
3) Aktualisasi
psikologi Islami dalam pendidikan Islam
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk
mengetahui:
1) Pengertian
landasan psikologis dalam Islam
2) Dasar-dasar
psikologis pendidikan Islam
3) Aktualisasi
psikologi Islami dalam pendidikan Islam
ISI DAN PEMBAHASAN
1. Pengertian landasan psikologis dalam Islam
Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila mengacu pada salah
satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat
mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak.
Oleh karena itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu
sendiri yaitu dalam wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya (Anonim. 2013).
Menurut Whiterington (1982) bahwa pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Itu artinya bahwa
tindakan-tindakan belajar yang berlangsung secara terus menerus akan
menghasilkan pertumbuhan pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan
pembelajaran yang dilalui oleh individu sendiri melalui proses
belajar-mengajar. Karena itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, metode dan
pendekatan yang benar dalam proses pendidikan sangat diperlukan.
Kalau kita berbicara tentang individu yaitu manusia, maka
kita akan bertemu dengan beberapa keunikan perilaku/jiwa (psyche), dan
faktor ini akan berhubungan erat bahkan menentukan dalam keberhasilan proses
belajar. Didasari pada begitu eratnya antara tugas psikologi (jiwa) dan ilmu
pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin yaitu psikologi pendidikan (educational
psychology).
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan
pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan
belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah
proses belajar mengajar (Anonim a. 2013).
Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psiologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Misalnya pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciriciri
pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang caracara paling tepat untuk
mengembangkannya. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang
kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi.
Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta
tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai
implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan
kurikulum perlu berhatihati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang
akan dijadikan garisgaris besar program pengajaran serta tingkat keterincian
bahan belajar yang digariskan.
Menurut Tirtarahardja (2005) mengemukakan bahwa landasan
psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan
tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan
dengan kecerdasan, berpikit, dan belajar.
Dalam Al-Quran, ada beberapa kata kunci yang berbicara
mengenai psikologi yaitu al-nafs, al-qalb, al-aql, al-ruh, dan fitrah.
Dari analisa terhadap kosa kata tersebut, secara metode tafsir maudhu’i atau
tematik akan diformulasikan sejumlah konsep-konsep psikologi dari Al-Quran,
selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun paradigma teori psikologi
Islami.
Psikologi Islam merupakan sebuah aliran baru dalam dunia
psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan konsep-konsepnya
kepada Islam. Islam sebagai subjek dan objek kajian dalam ilmu pengetahuan,
harus dibedakan kepada tiga bentuk: Islam sebagai ajaran, Islam sebagai
pemahaman dan pemikiran serta Islam sebagai praktek atau pengamalan. Islam
sebagai ajaran bersifat universal dan berlaku pada semua tempat dan waktu,
bersifat absolut dan memiliki kebenaran normatif, yaitu benar berdasarkan
pemeluk agama tersebut, sehingga bebas ruang dan waktu. Islam sebagai pemahaman
dan praktek, selalu berhubungan dengan ruang dan waktu, sehingga bersifat
partikular, lokal dan temporal. Dan itu semua adalah fondasi awal untuk
melakukan gagasan aktulisasi psikologi Islami. Dalam kontek Aceh paska
pengesahan RUU-PA, kita berharap supaya qanun-qanun tentang pendidikan secara
umum dapat memuat rincian ketiga hal tersebut, karena itu adalah ruh dari
psikolongi pendidikan kita kedepan post conflict and post tsunami
(Anonim a. 2013).
2. Dasar-dasar psikologis pendidikan Islam
Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia
memiliki status yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa
segi, yaitu:
a. Dasar dari
segi yuridis/hukum
Dasar yuridis adalah dasar
pelaksanaan pendidikan agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara
tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di
sekolah secara formal. Dasar yuridis formal ini terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar Ideal adalah dasar dari
falsafah negara, pancasila sila pertama ialah ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar Struktur/Konstitusional adalah
dasar-dasar dari UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: (1)
Negara berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar Operasional, yaitu terdapat
dalam Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR
No.IV/MPR/1978. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap.MPR No. II/MPR/1988
dan Tap. MPR No.II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada
pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung
dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. Dan diperkuat lagi dengan Undang-undang RI No.20 Tahun
2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 da 2 yang berbunyi sebagai
berikut: (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani, ketrampilan/
kejuruan dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib memuat: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa.
b. Dasar dari
segi Religius
Dasar
religius ini bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur’an dan
Hadits, yaitu:
1) Sumber dari Al-Qur’an. antara lain:
· Surat Al-Mujadalah ayat 11:
.
. . يَرْفَعِ اللهُ الّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ
اُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجتٍ. . .(المجادله: 11)
“.
. . . niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat . . .”(QS. Al-Mujadalah:11).
· Surat An-Nahl ayat 125;
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ . . . (النحل: 125)
“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).
“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).
2) Sumber dari hadits, yaitu:
· Hadist Riwayat Bukhori:
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْايَه (رواه البخاري)
“Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit”. (HR. Bukhari).
“Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit”. (HR. Bukhari).
· Hadist Riwayat Baihaqi:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ ُيْولَدُ عَلى
الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِه اَوْيُنَصِّرَانِه اَوْ يُمَجِّسَانِه (رواه البيهقى)
“Setiap anak yang dilahitkan itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau Majusi”. (HR. Baihaqi).
“Setiap anak yang dilahitkan itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau Majusi”. (HR. Baihaqi).
c. Dasar dari
segi sosial psikologis
Semua
manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan
hidup yang disebut dengan agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu
perasaan yang mengakui adanya zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan
tempat mereka meminta pertolongan.
Hal seperti ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun modern. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:
Hal seperti ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun modern. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:
.
. . اَلَا بِذِ كْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبَ (الرعد:28)
“Ketahuilah
bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram”.(Q.S. Ar-Ra’du:
28)
3. Aktualisasi psikologi Islami dalam pendidikan Islam
Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan
tugas ganda, yaitu sebagai khalifah Allah dan Abdullah (Abdi
Allah). Untuk mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali
dengan sejumlah potensi didalam dirinya. Hasan Langgulung mengatakan,
potensi-potensi tersebut berupa ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah.
Sejalan dengan itu, Zakiyah Darajat mengatakan, bahwa potensi dasar tersebut
berupa jasmani, rohani, dan fitrah namun ada juga yang menyebutnya dengan jismiah,
nafsiah dan ruhaniah.
a.
Aspek Jismiah
Aspek jismiah Aspek jismiah adalah keseluruhan organ
fisik-biologis, serta sistem sel, syaraf dan kelenjar diri manusia. Organ fisik
manusia adalah organ yang paling sempurna diantara semua makhluk. Alam
fisik-material manusia tersusun dari unsur tanah, air, api dan udara. Keempat
unsur tersebut adalah materi dasar yang mati. Kehidupannya tergantung kepada
susunan dan mendapat energi kehidupan yang disebut dengan nyawa atau daya
kehidupan yang merupakan vitalitas fisik manusia. Kemampuannya sangat
tergantung kepada sistem konstruksi susunan fisik-biologis, seperti: susunan
sel, kelenjar, alat pencernaan, susunan saraf sentral, urat, darah, tulang,
jantung, hati dan lain sebagainya. Jadi, aspek jismiah memiliki dua
sifat dasar. Pertama berupa bentuk konkrit berupa tubuh kasar yang tampak dan
kedua bentuk abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sarana kehidupan tubuh. Aspek
abstrak jismiah inilah yang akan mampu berinteraksi dengan aspek nafsiah
dan ruhaniah manusia.
b.
Aspek nafsiah
Aspek nafsiah adalah keseluruhan kualitas insaniah
yang khas dimiliki dari manusia berupa pikiran, perasaan dan kemauan serta
kebebasan. Dalam aspek nafsiah ini terdapat tiga dimensi psikis, yaitu
dimensi nafsu, ‘aql, dan qalb.
1) Dimensi nafsu merupakan dimensi yang
memiliki sifat-sifat kebinatangan dalam sistem psikis manusia, namun dapat
diarahkan kepada kemanusiaan setelah mendapatkan pengaruh dari dimensi lainnya,
seperti ‘aql dan qalb, ruh dan fitrah. Nafsu adalah daya-daya psikis
yang memiliki dua kekuatan ganda, yaitu: daya yang bertujuan untuk
menghindarkan diri dari segala yang membahayakan dan mencelakakan (daya al-ghadabiyah)
Serta daya yang berpotensi untuk mengejar segala yang menyenangkan (daya al-syahwaniyyah).
2) Dimensi akal adalah dimensi psikis
manusia yang berada diantara dua dimensi lainnya yang saling berbeda dan
berlawanan, yaitu dimensi nafsu dan qalb. Nafsu memiliki sifat
kebinatangan dan qalb memiliki sifat dasar kemanusiaan dan berdaya
cita-rasa. Akal menjadi perantara diantara keduanya. Dimensi ini memiliki
peranan penting berupa fungsi pikiran yang merupakan kualitas insaniah pada
diri manusia.
3) Dimensi qalb memiliki fungsi
kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti berpikir, memahami, mengetahui,
memperhatikan, mengingat dan melupakan. Fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa
seperti tenang, sayang dan fungsi konasi yang menimbulkan daya karsa seperti
berusaha.
c.
Aspek ruhaniah
Aspek ruhiyah adalah keseluruhan potensi luhur (high
potention) diri manusia. Potensi luhur itu memancar dari dimensi ruh dan
fitrah. Kedua dimensi ini merupakan potensi diri manusia yang bersumber dari
Allah. Aspek ruhaniyah bersifat spiritual dan transedental. Spiritual, karena
ia merupakan potensi luhur batin manusia yang merupakan sifat dasar dalam diri
manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah. Bersifat transidental, karena
mengatur hubungan manusia dengan yang Maha transenden yaitu Allah. Fungsi ini
muncul dari dimensi fitrah.
Dari penjabaran diatas, dapat disebutkan bahwa aspek jismiah
bersifat empiris, konkrit, indrawi, mekanistik dan determenistik. Aspek ruhaniah
bersifat spiritual, transeden, suci, bebas, tidak terikat pada hukum dan
prinsip alam dan cenderung kepada kebaikan. Aspek nafsiah berada
diantara keduanya dan berusaha mewadahi kepentingan yang berbeda.
Pada hakikatnya, proses pendidikan merupakan proses
aktualisasi potensi diri manusia. Sistem proses menumbuhkembangkan potensi diri
itu telah ditawarkan secara sempurna dalam sistem ajaran Islam, ini yang pada
akhirnya menyebabkan manusia dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan
Allah.
(Anonim
b. 2010).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Landasan
psikologis dalam Islam merupakan
sebuah aliran baru dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan
teori-teori dan konsep-konsepnya kepada Islam. Islam sebagai subjek dan objek
kajian dalam ilmu pengetahuan, harus dibedakan kepada tiga bentuk: Islam
sebagai ajaran, Islam sebagai pemahaman dan pemikiran serta Islam sebagai
praktek atau pengamalan.
2. Dasar-dasar
psikologis pendidikan Islam :
a. Dasar dari segi yuridis/hukum
Dasar-dasar
pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia memiliki status yang cukup kuat.
Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
· Dasar Ideal
· Dasar Struktur/Konstitusional
· Dasar Operasional
b. Dasar dari segi Religius
Dasar
religius ini bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur’an dan
Hadits, yaitu:
· Sumber dari Al-Qur’an
· Sumber dari hadits
c. Dasar dari segi sosial psikologis
3. Aktualisasi
psikologi Islami dalam pendidikan Islam
a. Aspek Jismiah
b. Aspek nafsiah
Dalam aspek nafsiah ini
terdapat tiga dimensi psikis, yaitu dimensi nafsu, ‘aql, dan qalb.
1) Dimensi nafsu
2) Dimensi akal
3) Dimensi qalb
c. Aspek ruhaniah
Daftar Pustaka
Anonim a. 2013. Pengertian
Landasan Psikologis dalam Pendidikan Islam. Diakses pada tanggal 11 Maret
2014.
Anonim b. 2010. Aktualisasi Psikologi
Islami dalam Pendidikan Islam. Diases pada tanggal 17 Maret 2014.
Tap MPR No.IV/MPR/1973.
Undang-undang RI No.20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 da 2.
Whiterington. 1982. Pengertian
Landasan Psikologis dalam Pendidikan Islam. Hasta Mitra. Jakarta.
Posting Komentar