0


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kecerdasan merupakan salah satu karunia terbesar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
Pada hakikat kecerdasan itu di berikan kepada semua makluk namun manusia lebih unggul dalam mengembangkan kecerdasan hingga eksistensinya ada, bilamana ketika melihat pada makluk lainnya seperti binatang jaman dulu antara lain dinasaurus telah punah hal salah satu faktor keterbatasan kecerdasan di milikinya.  
IQ atau lebih dikenal dengan Intelektual Question merupakan bagian terpenting dalam individu seseorang. Intelektual membantu seseorang dalam menganalisa sesuatu, berfikir secara rasional dan melakukan secara maksimal. Intelektual sering kali menjadi tolak ukur dalam perencanaan program pembelajaran. EQ atau biasa disebut Emotional Question adalah bagian yang menjadi identitas kepribadian seseorang. Emosional yang terjaga baik dan tertata rapi juga akan menghasilkan pribadi yang baik dan berkualitas. Sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran, emosional peserta didik sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. SQ atau Spiritual Question merupakan bagian terluar dari individu. Spiritual sering dikaitkan dengan nilai-nilai kepercayaan dan agama atau dalam Islam dikenal dengan Habluminalloh. Kepercayaan juga menjadi faktor penentu pelaksanaan pendidikan, karena setiap manusia memiliki kodrat untuk meyakini sebuah agama. Ketiga elemen diatas terlihat berbeda dan menganalisa bagian-bagai tertentu dalam individu, namun dalam proses pelaksanaan pembelajaran, ketiga elemen ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain. Tidak jarang ditemuka ditengah lapangan, para ilmuwan yang mempunyai pemikiran brilian, namun terkendala dalam emosinya sehingga sering mengalami gangguan kejiwaan. Banyak juga para ilmuan yang tidak mengenal agama, sehingga ilmu yang ia miliki digunakan pada tempat yang tidak semestinya
Bicara tentang kecerdasan tentu kita biasanya hanya  mengarah kepada kecerdasan intelektual saja (IQ) karena  penerapannya sistem pendidikan kita saat ini lebih menekankan  pengembangan kecerdasan intelektual saja (IQ) saja dan dimensi kecerdasan yang lain seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) di marginalkan. Ketika pendidik hanya menekan kepada kecerdasan intelektual (IQ) maka akan terjadi ketidak seimbangan antara kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) karena hanya tekan logika dan bahasa namun pada hakikat antara IQ,EQ dan SQ harus seimbang. Berdasarkan paparan  yang dikemukan maka penulis  mengemukakan makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Psikologis  pendidikan Islam: IQ, EQ dan SQ”

B.  Rumusan Masalah
1.    Pengertian IQ, EQ dan SQ
2.    Hubungan dalam IQ, EQ dan SQ  dalam perspektif islam
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui dan memahami Pengertian IQ, EQ dan SQ
2.    Untuk mengetahui dan memahami serta mengaplikasikannya  Keseimbangan dalam IQ, EQ dan SQ  dalam perspektif islam
                                                      BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian IQ, EQ dan SQ
1.    Pengertian Intelectual Quotient (IQ)
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang lain. Intelectual Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari perancis pada awal abad ke 20. Kemudian Lewis ternman dari unuversitas stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal dengan test Stanford-Binet. Pada saat itu IQ dipahami sebagai pokok dari sebuah kecerdasan seseorang sehingga IQ dianggap menjadi tolak ukur keberhasilan dan prestasi hidup seseorang. Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan orang tersebut kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Kecerdasan intelektual merupkan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut[1].                        Dalam pengertian lain Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio, yaitu kecerdasan untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi sebuah fakta.IQ juga merupakan kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak.Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak akan ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan, diolah dan diinformasikan kembali pada saat dibutuhkan.Proses dalam menerima, menyimpan dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut ‘’berfikir’’.Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia.Otak manusia adalah alam semesta mini karena di dalam otak terdapat lapisan-lapisan yang terus berkembang dan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman.Pada dasarnya inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak.Otak termasuk organ luar biasa dalam diri kita.Beratnya hanya sekitar 1.5 kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan kita.Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30% seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh.Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan, seperti berfikir.Segala sesuatu yang yang manusia pikirkan tidak hanya dirinya sendiri, melainkan orang-orang disekitarnya dan alam semesta. Dengan daya pikirnya, manusia berusaha mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya.Pentingnya menggunakan akal sangat dianjurkan oleh Islam.Tidak terhitung banyaknya ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW yang mendorong manusia untuk selalu berfikir.Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi juga dipanggil untuk memikirkan alam jagad raya.Dalam konteks Islam, memikirkan alam semesta akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan keMahakuasaan Sang Pencipta (Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuh tauhid yang murni, ‘’Agama adalah akal, tak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal’’[2]. Beberapa ayat yang menjadi bukti bahwa Allah sangat menuntut manusia untuk terus berpikir:
Firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah 164
¨bÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏG÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$yg¨Y9$#ur Å7ù=àÿø9$#ur ÓÉL©9$# ̍øgrB Îû ̍óst7ø9$# $yJÎ/ ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# !$tBur tAtRr& ª!$# z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# `ÏB &ä!$¨B $uŠômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 7p­/!#yŠ É#ƒÎŽóÇs?ur Ëx»tƒÌh9$# É>$ys¡¡9$#ur ̍¤|¡ßJø9$# tû÷üt/ Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷ètƒ ÇÊÏÍÈ  
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.          Pada ayat diatads mendorong manusia untuk memikirkan kejadian langit dan bumi, pergantian malam dengan siang dan betapa air hujan mengubah tanah yang tandus menjadi hijau kembali.

Firman-Nya dalam QS. Ar-Ra’du 4
Îûur ÇÚöF{$# ÓìsÜÏ% ÔNºuÈq»yftGB ×M»¨Zy_ur ô`ÏiB 5=»uZôãr& ×íöyur ×@ŠÏƒwUur ×b#uq÷ZϹ çŽöxîur 5b#uq÷ZϹ 4s+ó¡ç &ä!$yJÎ/ 7Ïnºur ã@ÅeÒxÿçRur $pk|Õ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ Îû È@à2W{$# 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcqè=É)÷ètƒ ÇÍÈ  
4. dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.                                                                                          Ayat diatas mengajak manusia untuk merenungkan betapa variatifnya bentuk, rasa dan warna tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, padahal berasal dari tanah yang sama.
2.    Pengertian emotional Quotient (IQ)
Kecerdasan ini mulai dikenal pada akhir abad 20. Kecerdasan ini di otak berada pada otak bagian belakang manusia. Kecerdasan ini memang tidak mempunyai ukuran pasti seperti IQ, namun kita bisa merasakan kualitas keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ lebih tepat di ukur dengan feeling, sedangkan pengertian sebagai berikut
“kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalilan emosi dan rasional secara bersamaan dengan kondisi yang tepat. Aristotele pernah mengatakan bahwa semua bisa menjadi marah, namu marah dalam kondisi yang tepat tidak dilakukan oleh semua orang”[3].

Sedangkan EQ menurut.Peter Salovey dan John Mayer memberikan defenisi, sebagai berikut: "emotional Intteligence is the ability to perceive emotion, to access and generate emotions so as to assist thought..." melihat dari deinisi tersebut, agar seseorang dapat dikatakan memiliki kecerdasan emo baik, orang itu harus memenuhi syarat, sebagai berikut:
o  mampu memahami emosi-emosi,
o  mampu memasuk emosi-emosi
o  mampu menarik emosi
o  mampu menggunakan emosi-emosi itu untuk membantu pikirannya[4]
Seseorang yang memiliki EQ yang baik, baginya informasi tidak hanya didapat lewat panca indera semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati.Malahan sumber informasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indera.Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan ‘menjinakkan’ emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif.Orang yang EQnya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat.Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya.Kenyataannya orang yang EQnya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik, tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat.Disamping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang kejujuran, visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan dan penguasaan diri.Oleh karena itu EQ mengajarkan manusia dalam bersikap :
·      Terhadap dirinya (intra personal) seperi self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri)
·      Terhadap orang lain (interpersonal seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik.
Daam bahasa agama, EQ adalah keahlian menjalin “hablun min al-nass”.Pusat dari EQ adalah “qalbu”.Hati mengaktifkan nilai-nilai yang tidak dapat diketahui oleh otak.Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen.Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurka oleh Islam[5].Hati ynag tidak tercemarlah yang dapat memancarkan EQ dengan baik.Diantara hal yang yang dapat merusak hati adalah dosa.Oleh karena itu ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Rasulullah Saw banyak bicara tentang kesucian hati.Ayat-ayat Al-Quran dan hadist tersebut:
Firman-Nya dalam QS. Al-A’raf 179
ôs)s9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd @|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ  
179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.                                                                                Ayat diatas menyatakan bahwa orang yang hatinya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan kotor, disamakan dengan binatang, malahan lebih hina lagi.
Firman-Nya dalam QS. Al-Hajj 46
óOn=sùr& (#r玍šo Îû ÇÚöF{$# tbqä3tGsù öNçlm; Ò>qè=è% tbqè=É)÷ètƒ !$pkÍ5 ÷rr& ×b#sŒ#uä tbqãèyJó¡o $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù Ÿw yJ÷ès? ㍻|Áö/F{$# `Å3»s9ur yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# Îû ÍrߐÁ9$# ÇÍÏÈ  
46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.                                                                     Ayat diatas menegaskan bahwa orang yang tidak mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya di muka bumi, adalah orang yang buta hatinya.

Firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah 74
§NèO ôM|¡s% Nä3ç/qè=è% .`ÏiB Ï÷èt/ šÏ9ºsŒ }Îgsù Íou$yÚÏtø:$$x. ÷rr& x©r& Zouqó¡s% 4 ¨bÎ)ur z`ÏB Íou$yfÏtø:$# $yJs9 ㍤fxÿtFtƒ çm÷ZÏB ㍻yg÷RF{$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 ß,¤)¤±o ßlã÷uŠsù çm÷YÏB âä!$yJø9$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 äÝÎ6öku ô`ÏB ÏpuŠô±yz «!$# 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÐÍÈ  
74. kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.                                                                                                        Ayat diatas menegaskan bahwa orang yang hatinya tidak disinari dengan petunjuk Allah SWT diumpamakan lebih keras dari batu.
Hadist Rasululah Saw.
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيِنِهِ وَعِرْضِهِ ، وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى ، يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ . أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى ، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِى أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ ، أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Artinya: Al-Nu’man bin Basyir berkata, ‘Aku mendengar Råsulullåh shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas, tetapi ada di antara keduanya perkara-perkara yang samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perkara yang syubhat itu maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa yang melakukan perkara syubhat itu maka ia telah terjatuh dalam perkara yang haram, seperti penggembala di sekeliling tanah larangan (milik orang lain), yang lambat laun ia akan masuk juga ke dalamnya. Ingatlah, setiap raja itu memiliki larangan. Ingatlah bahwa larangan Allåh adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah, bahwa dalam jasad itu ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah keseluruhan jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula keseluruhan jasadnya. Segumpal daging itu adalah hati.”                                                                                      Hadist diatas menyatakan bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik baiklah seluruh tubuh, dan bila ia rusak, rusak pulalah seluruh tubuh.Segumpal daging itu adalah hati.
3.    Pengertian Spritual Qutient
Kecerdasan Spritual (SQ), yang merupakan temuan terkini secara ilmiah, pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari harvard University dan Oxpord Universty melalui resit yang sangat Komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spritual yang dipaparkan Zohar Marshall dalam SQ, Spritual Quotient, The Ultimate Intelegence, dua diantaranya adalah: Pertama riset ahli Psikologi/syaraf, Michael persinger awal 1990-an, dan lebih muktahir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S Ramachandran dan timnya dari california university yang menemukan God-Spot dalam otak manusia, ini sudah built-in sebagai pusat spritual yang terletak pada jaringan otak[6].
Spritual intellgence (SQ, Spritual Qutient) adalah paradigma kecerdasan spritual. Artinya, segi dan ruangan spritual kita  bisa memancarkan cahaya spritual ( Spritual light) dalam bentuk kecerdasan spritual. Dr. Marsha Sinetar, yang terkanal luas sebagai pendidik, penasihat, pengusaha, dan penulis buku-buku bestseller, menafsirkan kecerdasan speitual sebagai pemikiran yang terilhami. Kata Sinetar, kecerdasan adalah cahaya, ciuman kehiduapan yang membangunkan keindahan tidur kita. Kecerdasan spritual membangunkan orang-orang dari segala usia dalam segala situasi, kecerdasan spritual melibatkan kemampuan menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Itu berati mewujudkan hal yang terbaik, utuh, dan paling manusia dalam batin. Gagasan energi, nilai, visi, dorongan, dan ara panggilan hidup, mengalir dari dalam, dari suatu keadaan kesdara yang hidup bersama cinta. Dari sudut pandang psikologi, kecerdasan spritual justru mengjutkan kita, karean ternyata sudut psikologi membertitahu kita bahwa ruangan ( spritual space) pun memili arti kecerdasan. Lokikanya sederhanya ( common sense:) : diantara kita bisa saja ada orang tidak cerdas secara spritual, dengan eksprisi keberagamaan yang monolitik, eksklutif, dan intoleran, yang sering kali berakibat pada kobaran konflik atas nama agama. Begitu juga sebaliknya, di antara kita bisa juga ada orang  yang cerdas secara spritual sejauh orang itu mengalir dengan penuh kesadaran, dengan sikap jujur dan terbuka, inklusif, dan bahkan pluralis dalam beragam di tengah pluralitas agama[7].
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefenisikan kecerdasan spritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih memakna di bandingkan dengan yang lain[8].
SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat . Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir). Kebenaran suara hati nurani tidak perlu diragukan Sejak awal kejadiannya, "hati nurani" telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan QS. al-A'raaf,7:172
øŒÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍhèŒ öNèdypkô­r&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ  
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Agar SQ dapat bekerja optimal, maka "Fuad" harus sesering mungkin diaktifkan. Manusia dipanggil untuk setiap saat berkomunikasi dengan hati nuraninya Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tanya dulu pendapat fuad/dhamir(hati nurani). Dengan cara demikian maka daya kerja SQ akan optimal, sehingga dapat memandu pola hidup seseorang. Inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dengan sabda beliau “sal dhamiruka” (tanya hati nuranimu). Fuad ibarat battery, yang kalau jarang dipakai maka daya kerjanya akan lemah, malah mungkin tidak dapat bekerja sama sekali[9].
Dalam kaitan ini lah, agama menyeru manusia agar mengagungkan Allah, membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa. (QS. al-Mudatstir, 74:1-5)


1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
Semuanya itu diperintahkan dalam kerangka optimalisasi daya kerja fuad / mempertinggi SQ seseorang. Mengacu kepada paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap SQ. Tinggal lagi bagaimana manusia memelihara SQ-nya agar dapat berfungsi optimal[10].
Kisah menarik di dalam Al-Qur’an yang menunjukkan adanya seorang anak manusia bernama Khidlir ditunjuk menjadi guru spiritual Nabi Musa. Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Musa baru saja mencapai kemenangan dengan tenggelamnya Raja Fir’an ke dasar laut. Seseorang datang bertanya kepada Nabi Musa, apakah masih ada orang yang lebih hebat dari anda? Secara spontanitas Nabi Musa menjawab tidak ada. Seketika itu Allah Swt memerintahkan Nabi Musa untuk berguru kepada seseorang, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Kahfi/18:65 sebagai berikut:
#yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏŠ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ  
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886][11].
Ketika Nabi Musa diterima sebagai murid dengan persyaratan Musa harus bersabar dan tidak diperkenangkan untuk bertanya secara logika, maka setelah keduanya tiba di suatu tempat, ditemukan sejumlah perahu nelayang yang ditambatkan di pantai. Sang guru lalu melubangi satu demi satu perahu itu. Nabi musa tergoda untuk bertanya, apa arti perbuatan gurunya, bukankah perahu nelayan ini satusatunya alat mata pencaharian nelayan miskin di desa ini? Khidlir mengingatkan perjanjian yang telah disetujui, Musa belum diperkenankan untuk bertanya, kemudian Musa minta maaf lalu keduanya melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di satu tempat, keduanya menjumpai segerombolan anak-anak kecil sedang bermain-main lau salah seorang dari anak-anak itu ditangkap lalu dibunuh oleh sang guru. Nabi Musa kembali mengintrubsi gurunya dengan mengatakan, ini apa artinya? Bukankah anak ini belum mempunyai dosa? Akhirnya Nabi Musa kembali harus meminta maaf atas kelancangannya. Setelah tiba di suatu tempat, keduanya menjumpai tembok tua yang hampir roboh, kemudian keduanya berhari-hari membangun kembali bangunan tembok tua itu. Setelah selesai dipugar, Khidlir mengajak Nabi Musa untuk meninggalkan tepat itu. Musa pun kembali bertanya, ini untuk apa semua dilakukan? Untuk yang ketiga kali ini, Nabi Musa tidak lagi dapat dianggap sabar untuk menjadi murid dan Musa pun sudah tabah untuk tidak lagi melanjutkan pelajaran kepada gurunya. Sebelum keduanya berpisah, sang guru tidak lupa menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah ia lakukan.
Gurunya memberikan penjelasan bahwa para pemilik perahu nelayan itu kini sedang berutang budi terhadap orang yang pernah melubangi peruhunya. Mereka bersyukur karena seandainya perahu tidak dilubangi sudah barang tentu perahu itu ikut dijarah oleh pasukan Raja dlalim yang merayakan hari ulangtahunnya di laut. Anak itu sengaja dibunuh karena Khidlir diberikan ilmu khusus dari Allah Swt bahwa anak itu kalau sudah besar akan menjadi racun di dalam masyarakatm termasuk mengkufurkan kedua orang tuanya, sementara kedua orang tua anak tersebut masih akan dikaruniai anak-anak yang shaleh. Tembok tua itu dipugar karena di bawah tembok itu tersimpan harta karun yang luar biasa besarnya, sementara pemiliknya masih dalam keadaan bayi. Tembok itu akan roboh ketika anak itu sudah besar dan sudah dapat mendayagunakan hartanya.

Kisah simbolik ini mengisyaratkan adanya tingkatan-tingkatan kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki Khidlir dapat dikategorikan kecerdasan spiritual. Sementara model kecerdasan yang ditampilkan Nabi Musa adalah kecerdasan intelektual. Kisah ini juga mengisyarakan bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya dapat diakses oleh para Nabi tetapi manusia yang buka Nabi pun berpotensi untuk memperolehnya[12].

B.  Hubungan dalam IQ, EQ dan SQ  dalam perspektif islam
Menilik Tentang IQ dan EQ sudak kita pahami pengertiannya serta bagaiamana keduanya apabila bersinergi. Namun apabila kedua kecerdasan terebut tidak disinergikan dengan SQ maka bisa berakibat fatal. SQ sendiri bukanlah menjadi “ahli petapa”, duduk termenung dan diam menikmati indahnya spiritualitas. Seseorang bisa saja sukses dengan mempunyai kecerdasan IQ dan SQ, seorang penipu atau yang lebih popular saat ini adalah para koruptor, tentunya dia harus cerdas dan jago bersrategi, untuk itu diperlukan IQ. Sementara untuk uji “timing” dalam pelaksanaan strategi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mampu merebut hati orang agar mau di ajak berspekulasi dan berkompromi dengannya di perlukanlah EQ. semangat juang tinggi, mereka selalu tampak prima dan percaya diri namun niat dan ahklaknya sangat buruk, itulah bentuk IQ, EQ bila tidak memiliki SQ. Bahkan menurut sebuah penelitian, kunci terbesar seseorang adalah dalam EQ yang dijiwai dengan SQ. banyak orang yang di PHK bukan karna tidak mampu melakukan pekerjaan dengan baik, bukan karna tidak mampu mengoprasikan sesuatu dan bukan karna tidak mampu berkomunikasi dengan baik namun karna mereka tidak memiliki intergritas, tidak jujur, tidak bertangung jawab dan tidak amanah pada pekerjaanya. Itu karena mereka tidak mempunyai keseimbangan dalam tiga kecerdasan IQ , EQ, dan SQ[13].
Menurut Dr. Guslihan D. Tjipta, spak dalam makalahnya pada seminar Talk Show sharing moments bu Pigeon yang berjudl "menyelaraskan IQ,QS, dan SQ agar anak tangguh dan mandiri: tahun 2003 menjelaskan bahwa anak menjadi orang sukses juka memliki IQ tinggi, mampu bersosialisasi dengan lingkungannya (EQ) dan memiliki keimanan yang (SQ),. Tiga kecerdasan ini diharapak bisa dimiliki anak sehingga mampu menjadi individu yang mandiri dan mimiiliki jiwa yang tangguh setelah dewasa, namun sekarang ini banya sukses dengan IQ sedang-sedang saja. Hali ini dikarenak kemampuannya mengolah kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spritual (SQ) . Sementara itu, Dra. Gustiari Lella, Psi dalam acara yang sama mengemukakan bawa efek psikologis mempengaruhi  IQ, EQ, dan SQ anak. Penelitain terdahulu menemukan bawa otak bagian kiri manusia merupakan pusat intelektual, sedangakan otak bagian kanan sebagai pusat emosi, sedangkan kecerdasan spritual terletak di antara kedua titik tersebut yang disebut God Spot ( titik wilayah ketuhanan )masing-masing bagian tersebut memiliki dan ketiganya perlu di kembangkan dan diselaraskan untuk menciptakan manusia yang paripurna[14].
Bilamana kita melihat dalam Persefiktif Islam mengenai IQ, EQ, dan SQ dalam hal ini Sentuhan al-Qur'an dan al-Hadis yang begitu halus dan gamblang terhadap akal , qalbu dan fuad (hati nurani) sebagai pusat IQ , EQ dan SQ menunjukkan bahwa Islam memberikan apresiasi yang sama terhadap ketiga sistem kecerdasan tersebut. Hubungan ketiganya dapat dikatakan saling membutuhkan dan melengkapi . Namun kalau akan dibedakan , maka SQ merupakan "Prima Causa " dari IQ dan EQ. SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik , sementara IQ dan EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi. Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam. Jika selama ini orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan dan memberi penekanan terhadap pendidikan akal dengan mengenyampingkan pendidikan hati dan hati nurani berarti orang Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran agamanya. Kondisi yang tidak ideal tersebut sudah waktunya diakhiri , dengan memberikan pendidikan dan kepedulian yang sama terhadap IQ, EQ dan SQ[15].








BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Di dalam diri manusia terdapat tiga bentuk kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).IQ adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak, EQ adalah kecerdasan yang yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam jiwa dan SQ adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang mengambil lokus di sekitar wilayah roh. Di dalam hubungan Presefiktif islam tentang IQ, EQ dan SQ adalah  SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik , sementara IQ dan EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi. Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam, dan SQ merupakan Prima Causa dari IQ dan EQ.
B.  Saran
Idealnya ketiga kecerdasan itu tersebut bekerja sama dan saling mendukung, otak kita di rancang mampu melakukan hal ini, meskipun demikian IQ, EQ dan SQ memiliki domain masing dan fungsi masing-masing namun kita harus bisa mensinergikannya sehingga menjadi manusia paripurna













DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ Emotional  Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam ,Jakarta: Arga,  2004
Kasdu, Dini Anak Cerdas A-Z Panduan Mencetak Kecerdasan Buah Hati Sejak Merencakan Kehamilan Sampao Balita, Jakata: Puspa Swara, 2004
Mochlis , Sholichin, Psikologi Belajar, Surabaya : Pena Salsabila, 2013
Puspasari, Amaryllia, Emotional Intelligent Parenting: Mengukur Emotional Intelligence Anak dan Membentuk Pola Asuh Berdasarkan Emotional Intelligent Parenting, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009
Senduk, Yacinta, Mengasah Kecerdasan Emosi Orang Tua Untuk Mendidik Anak,  Jakarta: Elex Media Komputindo,  2007
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia KECERDASAN SPRITUAL Mengapa SQ Lebih Penting Daripada IQ dan EQ, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002

Sumber website:




[1] Sholichin mochlis, Psikologi Belajar, (Surabaya : Pena Salsabila, 2013) , h.189.

[2] Wulan, http://wulandamoslem.blogspot.com/2009/06/apa-itu-iq-eq-sq.html di akses 10 Maret 2014, Pukul 11.00 Wib
[3] Amaryllia Puspasari, Emotional Intelligent Parenting: Mengukur Emotional Intelligence Anak dan Membentuk Pola Asuh Berdasarkan Emotional Intelligent Parenting (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), h. 6.

[4] Yacinta Senduk , Mengasah Kecerdasan Emosi Orang Tua Untuk Mendidik Anak, ( Jakarta: Elex Media Komputindo,  2007), h. 9.
[5] Wulan, Loc, it.
[6] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ Emotional  Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam , ( Jakarta: Arga,  2004), h. xxxix
[7] Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia KECERDASAN SPRITUAL Mengapa SQ Lebih Penting Daripada IQ dan EQ,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002 ), h.49.
[8] Ary Ginanjar Agustian, Op, Cit, h. 57.
[9] Wulan, Loc. It
[10] Ibid.
[11] [886] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut
[12] Ibid.
[13] Anonim, http://tekpenikip.wordpress.com/ , di akses 11 maret 2014, pukul 12.00 Wib
[14] Dini Kasdu, Anak Cerdas A-Z Panduan Mencetak Kecerdasan Buah Hati Sejak Merencakan Kehamilan Sampao Balita, ( Jakata: Puspa Swara, 2004), h.7.
[15] Wulan, Loc,.It

Posting Komentar

 
Top