0
DI SAJIKAN OLEH: RUSDI
SENIN TANGGAL 10/11/2014
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, dalam proses belajar, motivasi menduduki fase pertama dibandingkan fase-fase belajar yang lain.
Dalam fase motivasi ini, peserta didik “harus” bersedia melibatkan diri untuk mencapai tujuan belajar. Dan di lain pihak, seorang pendidik juga diharapkan mampu memberikan “pencerahan” kepada peserta didik akan tujuan yang ingin dicapai serta membantu peserta didik mencapai tujuan belajar secara efisien. Artinya, dengan usaha seminimal mungkin, tetapi mencapai tujuan semaksimal mungkin.
Menghadapi peserta didik dengan semangat belajar yang tinggi, tentunya tidak terlalu menjadi persoalan yang serius. Namun tidak demikian dengan peserta didik yang cenderung malas dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan dorongan dari luar yang mampu memberi semangat atau motivasi kepada peserta didik untuk terus giat dalam belajar.
Di sini, memotivasi peserta didik merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. Jika guru telah berhasil membangun motivasi peserta didik, maka dapat dikatakan guru itu telah berhasil dalam mengajar. Namun pekerjaan ini tidaklah mudah. Memotivasi peserta didik tidak hanya menggerakkan peserta didik agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan peserta didik terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1) Pengertian Motivasi Belajar
2) Macam-macam Motivasi dalam Perspektif Islam
3) Motivasi dalam Psikologi Islam

3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui:
1) Pengertian Motivasi Belajar
2) Macam-macam Motivasi dalam Perspektif Islam
3) Motivasi dalam Psikologi Islam
























ISI DAN PEMBAHASAN

1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari akar kata “motive” atau “motiwum” yang berarti “sebab yang menggerakkan”. Kata “motive” atau “motif” ini bila berkembang menjadi motivasi, artinya menjadi “sedang digerakkan atau telah digerakkan oleh sesuatu, dan apa yang menggerakkan itu terwujud dalam tindakan”.
Dilihat dari segi etika, motif didefinisikan sebagai pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang menjadi penyebab seseorang melakukan suatu tindakan. Adapun motivasi diartikan sebagai dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan apa yang dikehendakinya, yang tertuju kepada tujuan yang diinginkannya.
Dari sudut pandang psikologi, istilah motif dan motivasi juga terdapat sedikit perbedaan, meskipun sebenarnya dua istilah itu merupakan dua hal dalam satu kesatuan. Motif berarti daya dorong untuk untuk bertingkah laku, sedangkan motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut McDonald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh McDonald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Atas pandangan ini, maka tingkah laku yang digerakkan hampir pasti memiliki keterkaitan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai, baik yang bersifat pemuasan kebutuhan biologis, maupun dalam keterkaitannya dengan kebutuhan psikologis.
Seberapapun perbedaan para ahli dalam mendefinisikan motivasi, namun dapat dipahami bahwa motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakan, membangkitkan dan memberi harapan pada tingkah laku. Motivasi menjadi pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang, sehingga ia mampu mengatasi inferioritas yang benar-benar dirasakan dan mencapai superioritas yang lebih baik. Makin tinggi motivasi hidup seseorang maka makin tinggi pula intensitas tingkah lakunya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
(Anonim, 2010)
Syah (1999) menyatakan bahwa sedemikian pentingnya motivasi dalam proses belajar, maka seorang guru/pendidik semaksimal mungkin harus berusaha menumbuhkan motivasi belajar dalam diri peserta didik. Namun demikian, sebenarnya dalam proses pembelajaran meningkatkan motivasi belajar tidak hanya melibatkan guru/pendidik saja. Hal ini mengingat bahwa menumbuhkan/meningkatkan motivasi belajar harus melibatkan pihak-pihak sebagai berikut:
a. Peserta didik
Peserta didik bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan.  Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri peserta didik untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
b. Guru
Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar peserta didik lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan reinforcement atau menggiatkan peserta didik dalam belajar. Usaha-usaha yang dapat digunakan dalam reinforcement adalah :
Mengemukakan pertanyaan
Memberikan perhatian
Memberi hadiah
Memberi hukuman/sanksi
Di sini, kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para peserta didiknya. Sehingga peserta didik akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.
c. Orang tua dan lingkungan
Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar peserta didik, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain.

2. Macam-macam Motivasi dalam Perspektif Islam
a. Motivasi Fisiologis
Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Diantara ciri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan hewan dan manusia adalah motivasi fisiologis. Studi-studi fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia unutk menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu lenyap maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula.
Motivasi Menjaga Diri
Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-Quran tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga individu dan kelangsungan hidupnya. Misalnya lapar, dahaga, bernapas dan rasa sakit. Secara tersirat dalam Surat Thaha ayat 117-121 tiga motivasi terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik matahari, cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa. Sebagian ayat al-Qur’an menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut dan perasaan takut dalam kehidupan.


Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis
Allah menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang manusia untuk menjaga diri yang mendorongnya menjalankan dua hal terpenting yakni motivasi seksual dan rasa keibuan. Motivasi seksual merupakan dasar pembentukan keluarga dan dalam penciptaan kaum wanita Allah menganugerahi motivasi dasar untuk melakukan misi penting yaitu melahirkan anak-anak. Al-Quran mengambarkan betapa beratnya seorang ibu mengandung dan merawat anaknya.

b. Motivasi Psikologis atau Sosial
Motivasi Kepemilikan
Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis yang dipelajari manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, di dalam fase pertumbuhan, berkembang kecenderungan individu untuk memiliki, berusaha mengakumulasi harta yang dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanan hingga masa yang akan datang.
Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Urutan pemuasan kebutuhan tersebut sebagai berikut :
1) Kebutuhan pangan dan papan
2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan
3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup
4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh sosial
Motivasi Berkompetensi
Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan psikologis yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan kultur yang tumbuh di dalamnya. Manusia biasa berkompetensi dalam ekonomi, keilmuan, kebudayaan, sosial dan sebagainya. Al-Quran menganjurkan manusia agar berkompetensi dalam ketakwaan, amal shaleh, berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj Ilahi dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama manusia sehingga memperoleh ampunan dan keridhan Allah SWT.
Motivasi Kerja
Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak menemui hambatan merealisasikan apa yang diharapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi yang sulit.
(Shaleh, 2009)

3. Motivasi dalam Psikologi Islam
Dalam psikologi Islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia terbagi menjadi tiga tahap:
Pertama, tahapan pra kehidupan dunia, yang disebut dengan alam perjanjian atau alam alastu. Pada alam ini terdapat rencana dan design Tuhan yang memotiasi kehidupan manusia di dunia. Isi motivasi yang dimaksud adalah amanah yang berkenaan dengan tugas dan peran kehidupan manusia didunia.
Kedua, tahapan kehidupan dunia, untuk aktualisasi dan realisasi dari tahap amanah yang telah diberikan pada alam pra-kehidupan dunia. Pada alam ini, realisasi atau aktualisasi diri manusia termotivasi oleh pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang akan sangat tergantung pada kualitas pemenuhan amanah.
Ketiga, tahapan alam pasca kehidupan dunia, yang disebut dengan hari penghabisan (yaumul al-akhirah) atau hari pembalasan (yaumul din) atau hari penegakan keadilan (yaum al-qiyamah). Pada kehidupan ini, manusia diminta oleh Allah SWT. untuk mempertanggung jawabkan semua aktifitasnya, apakah aktifitas yang dilakukan sesuai dengan amanah atau tidak. Jika sesuai maka ia akan mendapatkan surga (puncak kenikmatan psikofisik manusia), jika tidak maka ia  mendapatkan neraka (puncak  kesnegsaraan psikofisik manusia) (Ramayulis, 2010).
Dengan demikian tampak jelas bahwa motivasi hidup manusia hanyalah realisasi atau aktualisasi amanah Allah SWT. semata. Menurut Fazlur Rahman, amanah merupakan inti kodrat manusia yang diberikan sejak awal penciptaan, tanpa amanah manusia tidak memiliki keunikan dengan makhluk-makhluk lain.
Seperti Firman Allah dalam Al Qur’an Surat al-Ahzab ayat 72 yang artinya :
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa amanah adalah titipan atau kepercayaan Allah yang dibebankan kepada manusia untuk menjadi hamba dan khlifah di muka bumi. Tugas hamba adalah menyembah dan berbakti kepada penciptanya (QS. Al-Zariyah).
Dalam Al-Qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit maupun implisit menunjukan beberapa dorongan yang memepengaruhi manusia. Dorongan-dorongan dimaksud dapat berbentuk instingtif dalam bentuk dorongan naluriah, maupun dorongan terhadap hal-hal yang memberikan kenikmatan.
Dalam al-Qur’an Surat ar-Rum ayat 30 yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Pada ayat tersebut menekankan sebuah motif bawaan dalam wujud fitrah, sebuah potensi dasar. Potensi dasar yang memiliki makna bawaan, mengandung arti bahwa sejak diciptakan manusia memiliki sifat bawaan yang menjadi pendorong untuk melakukan berbagai macam bentuk perbuatan, tanpa disertai dengan peran akal, sehingga terkadang manusia tanpa disadari bersikap dan bertingkah laku untuk menuju pemenuhan fitrahnya. Seperti pada kasus yang terjadi pada “agama” animisme dan dinamisme, para pengikutnya bersifat dan bertingkah laku aneh dan irasionalisme (menyediakan sesajen) ketika memenui kebutuhan fitrahnya untuk bertuhan (beragama). Ini menjelaskan bahwa motif pertama yang dimiliki manusia adalah motif religius (Ancok dkk, 1994).
Dalam kaitannya dengan itu Shaleh (2009) menyatakan potensi dasar dapat mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah dimana pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang didalam hal ini biasa juga disebut naluri, yaitu:
a. Dorongan naluri mempertahankan diri
Naluri mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan untuk mencari makanan jika lapar, menghindari diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidupnya agar aman dan sebagainya.
Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang mengisyaratkan tentang naluri manusia untuk mempertahankan diri, diantaranya pertahanan diri dari rasa lapar, haus, kepanasan, kedinginan, kelelahan dan kesakitan. Seperti dalam Surat Toha ayat 118-119 yang artinya:
“Sesungguhnya kamu (Adam) tidak akan lapar di dalamnya (surga) dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga tidak (pula) akan ditimpa matahari di dalamnya”.
Pada ayat tersebut menggambarkan ketakutan pada Adam sekaligus jaminan Allah mengenai kehidupan surga dan jaminan perlindungan dari kelaparan dan mara bahaya. Hanya saja perlu sebuah fose proses untuk menempatkan diri seseorang dalam situasi yang tenang itu. Untuk itu dorongan mempertahankan diri bukanlah sebuah jaminan yang dilalui tanpa sebuah usaha.
b. Dorongan naluri mengembangkan diri
Naluri mengmbangkan diri sendiri juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan senyawa unsur ruhyi dan jism. Dimensi yang statis dihiasi dimensi ruhyi melahirkan sinergi unsur yang berdinamika. Dinamika diri terarah pada usaha pengembangan diri yang terwujud dalam bentuk pencapain diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada aktualisasi diri. Dorongan ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada manusia inilah yang menjadikan budaya manusia makin maju dan makin tinggi.
Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat diistimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga ia menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia di sisi Allah, seperti yang diungkapkan dalam al-Qur’an Surat al-Mujadilah ayat 11 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah maka niscaya  Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
c. Dorongan naluri diri mempertahankan jenis
Manusia ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya ataupun keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini antara lain terjelma dalam adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.
Seperti dalam Firman Allah Surat an-Nahl ayat 72 yang artinya:
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberi rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dann mengingkari nikmat Allah?
Dengan adanya tiga naluri tersebut, maka setiap kebiasaan, tindakan dan sikap manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh tiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori naluri ini untuk bermotivasi seseorang harus berdasrkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalnya, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena dianggap bodoh di kelasnya (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkemang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, diantaranya dengan menciptakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri)

























PENUTUP

Kesimpulan
1. Motivasi belajar merupakan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang menjadi penyebab seseorang melakukan suatu tindakan serta sebagai dorongan yang menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan apa yang dikehendakinya, yang tertuju kepada tujuan yang diinginkannya dalam pembelajaran.
2. Macam-macam motivasi dalam perspektif Islam :
a. Motivasi Fisiologis
b. Motivasi Psikologis atau Sosial
3. Dalam psikologi Islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia yang memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang didalam hal ini biasa juga disebut naluri, yaitu:
a. Dorongan naluri mempertahankan diri
b. Dorongan naluri mengembangkan diri
c. Dorongan naluri diri mempertahankan jenis














Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Motivasi Belajar. http://areev.blogdrive.com/comments?id=193. Diakses Pada Tanggal 7 Oktober 2014.

Ancok, Djamaluddin dan Fuad Nashori Suroso. 1994. Psikologi Islami.

Ramayulis. 2010. Psikologi Agama. Kalam Mulia. Jakarta.

Shaleh, Abdur Rahman. 2009. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Prenada Media Group. Jakarta.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Logos Wacana Ilmu. Jakarta.

Posting Komentar

 
Top